Senin, 05 November 2012

masyarakat desa dan kota dalam pembangunan bangsa

Pembangunan bangsa Indonesia sangatlah bergantung pada peranan masyarakat Indonesia. Karena apabila masyarakatnya sendiri tidak peduli akan kemajuan dari pembangunan bangsanya, siapa lagi yang akan peduli terhadap bangsa ini. Masyarakat yang berperan di sini adalah masyarakat di kota, desa, atau bahkan di wilayah yang terpencil sekalipun. Semangat pembangunan inilah yang terkadang terlupakan oleh kita. Misalnya saja di desa, peranan masyarakat sangat membantu untuk dapat meningkatkan potensi-potensi yang ada di pedesaan. Contohnya jika di desa tersebut tersimpan suatu kekayaan alam SDA yang berlimpah, semestinya masyarakat di desa tersebut dapat memanfaatkannya dengan baik dan tidak hanya mengeksploitasinya saja. Sebab dengan hanya mengeksploitasi saja SDA tersebut akan habis dalam waktu singkat.
Masyarakat juga dapat mengembangkan potensi lainya yang, seperti melakukan pelatihan-pelatihan terhadap warga desa agar dapat menjadi pribadi yang mandiri, serta dapat membuka lapangan pekerjaan baru di tempat mereka berasal sehingga dapat meningkat pendapatan bagi warga desa. Akan tetapi terkadang pemerintah juga tidak memberikan perhatian yang khusus bagi perkembangan di wilayah yang terpencil. Seperti minimnya akses kendaraan yang dapat digunakan untuk mengangkut hasil-hasil produksi dari desa ke kota, serta sarana dan prasarana lainnya yang dapat menyulitkan masyarakat untuk dapat menjual hasil produksi yang telah mereka buat. Hal yang sama juga berlaku bagi masyarakat di perkotaan. Sudah seharusnya masyarakat di kota juga ikut andil dalam pembangunan bangsa dan tidak hanya menunggu hasil dari pembangunan itu sendiri. Kita harus bahu-membahu dalam membangun bangsa ini agar dapat menjadi bangsa yang besar di mata dunia. Hal terpenting yang perlu diingat dalam membangun sebuah bagsa adala kerjasama yang terjalin antara pemerintah dan masyarakat yang sangat diperlukan dalam hal ini.
sumber : http://zmughnii.blogspot.com/2012/01/kota-masyarakat-kota-dan-pembangunan.html

pemuda dan perannya sebagai agen perubahan bangsa

Hari Sumpah Pemuda yang jatuh pada hari Minggu (28/10) menjadi salah satu momentum penting bagi seluruh masyarakat Indonesia. Momen sejarah ini mengingatkan kesetiaan pemuda Indonesia untuk tetap membela tanah air.
Di Daerah Istimewa Yogyakarta, perayaan Sumpah Pemuda salah satunya dilakukan dengan pembacaan deklarasi oleh 400 orang pelajar tentang Sekolah Indonesia Sejahtera. Deklarasi tersebut menyatakan bahwa pelajar di Yogyakarta bertekad untuk mengatasi kekerasan antar pelajar.
Tak hanya itu saja, ribuan mahasiswa pun menyampaikan deklarasi hasil kongres pemuda nusantara yang berlangsung di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Salah satu wakil dari mahasiswa, Khairul Umam, yang membacakan deklarasi tersebut mengatakan, ini merupakan bentuk ekspresi dan keprihatinan pemuda terhadap berbagai permasalahan bangsa.
Terkait dengan karakter kebangsaan, disintegrasi kebhineka tunggal ika-an, penyalahgunaan narkoba, korupsi, dan tindak kekerasan yang sekarang ini sering terjadi di berbagai wilayah Nusantara. “Kami menyatakan ingin meneguhkan kembali ideologi Pancasila dengan memperbaharui dan mengamalkan nilai-nilai luhur Pancasila pada masa sekarang dan masa yang akan datang sebagai kebenaran karakter Indonesia,” paparnya.
Rektor UGM Pratikno yang menjadi inspektur dalam upacara hari sumpah pemuda di UGM mengatakan, semangat perayaan hari Sumpah Pemuda tidak hanya selesai lewat pembacaan deklarasi. Melainkan perlu implementasi dalam kehidupan sehari-hari dalam komitmen pemuda pada satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa.
Ia melanjutkan bahwa pemuda juga harus mampu meningkatkan kualitas akademis, integritas moral, dan meningkatkan kemampuan kepemimpinan, serta manajerial untuk menyongsong masa depan Indonesia yang lebih baik. Untuk meningkatkan kompetensi dan kualitas kepemimpinan, Praktino berharap pemuda mampu menghindari permasalahan dasar seperti narkoba, kekerasan, dan tawuran.
Ia mencontohkan di era tahun 1940-an hingga 1950-an, banyak muncul anak-anak muda yang menjadi pemimpin visioner yang memiliki integritas moral dan komitmen kebangsaan tinggi. “Republik ini pernah diwarnai pemimpin usia belasan. Karenanya, jangan menunggu memasuki terlalu usia dewasa untuk punya peran signifikan,” imbuhnya.
Sementara itu, Wakil Menteri Kesehatan Ali Ghufron mendorong para pemuda, pelajar, maupun mahasiswa Indonesia untuk ikut berperan dalam pembangunan bangsa, salah satunya di bidang kesehatan. Langkah ini bisa dilakukan melalui berbagai gerakan yang melibatkan pemuda seperti gerakan sadar gizi, gerakan anti narkoba, dan gerakan olahraga sehat.
Kiprah pemuda di bidang kesehatan tidak bisa dilepaskan dari sejarah perjuangan bangsa. Ia mencontohkan para pejuang bangsa seperti dr. Wahidin Sudirohusodo, dr. Sutomo, maupun Prof. dr. Sardjito, adalah mereka yang ikut menjadi pelopor gerakan pemuda saat itu.
Ali Ghufron menambahkan, persoalan kebangsaan yang dihadapi pemuda saat ini makin kompleks seperti narkoba dan penyelewengan teknologi informasi. Ia  berharap para pemuda, pelajar, dan mahasiswa Indonesia sebagai agen perubahan mampu berkiprah secara positif bagi kemajuan bangsa.
Dengan keberanian, cita-cita, dan kecerdasan kolektif yang dimiliki, ia yakin pemuda Indonesia akan mampu membawa perubahan dan reformasi ke arah yang lebih baik.



sumber : http://nationalgeographic.co.id/berita/2012/10/kembalikan-kaum-muda-jadi-agen-perubahan

Peran keluarga dalam pembangunan bangsa

Keluarga merupakan institusi terkecil dalam masyarakat. Masyarakat adalah unit yang membentuk negara. Oleh karena itu, keluarga sangat berperan penting dalam pembentukan setiap karakter individu. Karakter merupakan kunci bagi sumber daya manusia yang berkualitas. Sehingga, pendidikan karakter sejak usia dini merupakan hal yang penting.
Berbagai masalah yang dihadapi di negara kita salah satunya diakibatkan oleh adanya krisis karakter  para pejabat negara. Misalnya saja kasus korupsi. Tidak hanya masalah pejabat negara dengan kasus korupsinya saja, namun juga masalah generasi muda bangsa yang nampaknya sudah jauh dari perilaku baik. Sebut saja tauran antar pelajar, sex pra nikah atau bahkan hal terkecil seperti menyontek, berlaku tidak sopan dengan teman, orang tua maupun guru dan berbicara tidak baik.
Padahal semestinya masalah tersebut tidak akan terjadi jika keluarga melakukan fungsinya dengan benar. Semakin hari, dapat terlihat bahwa hancurnya nilai luhur yang terkandung dalam keluarga. Fungsi keluarga menurut Effendi 1998  khususnya fungsi psikologis adalah memberikan perhatian diantara anggota keluarga, memberikan pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas keluarga. Fungsi pendidikan yaitu salah satunya adalah mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya dalam kehidupan dewasa, serta fungsi sosialisasi yaitu membentuk norma tingkah laku sesuai dengan perkembangan anak. Sebenarnya, bila keluarga melakukan fungsinya dengan baik, maka semua masalah yang terkait dengan krisis karakter akan terselesaikan.
Namun, keluarga seringkali melewatkan begitu saja fase kritis dalam pembentukan sikap moral anak. Kadangkala orang tua tidak memikirkan bagaimana perkembangan moral anaknya sehingga tidak terlalu fokus dalam membentuk karakter anak agar menjadi seorang pribadi yang berkualitas di masa yang akan datang.        
Dengan tuntutan globalisasi dan perkembangan teknologi saat ini, komunikasi antar anggota keluarga terkadang sangat sulit dilakukan. Dengan kesibukan orang tua yang bekerja, seringkali keluarga hanyalah tempat untuk menginap saja. Tidak ada pendidikan dan sosialisasi yang diberikan orang tua kepada anaknya. Sekarang,  juga banyak kasus perceraian yang dapat berdampak buruk terhadap anak. Anak broken home rentan sekali terbawa arus negatif pergaulan, apalagi anak tersebut adalah anak remaja.
Media, khususnya media televisi juga dapat menyumbang dampak negatif dalam pengembangan karakter individu. Sebagian besar pasti setiap keluarga mempunyai televisi di rumahnya. Sehingga dampak yang diberikan oleh media siaran ini bisa cukup besar. Sekarang ini, sulit sekali menemukan tayangan-tayangan yang bermanfaat khususnya tayangan untuk anak. Terkadang, tayangan untuk anak tersebut sebenarnya tidak cocok bila ditonton oleh anak kecil. Bila tidak ada perhatian orang tua secara khusus terhadap hal ini, anak pun dapat terkena dampak yang negatif.
Penanaman spiritual pada anak sejak dini juga penting dalam membangun karakternya. Misalnya saja, anak diajarkan mengaji atau diberiahu tentang aturan-aturan agama dan mulai belajar menerapkannya. Agar, saat ia remaja atau dewasa, sudah ada pengetahuan dan tertanam dalam dirinya perilaku apa saja yang baik dan benar. Sehingga orang tua tidak akan khawatir bila anaknya jauh dari mereka karena pribadinya sudah terbentuk sikap yang baik. Seperti menurut Ratna Megawangi, bahwa dalam pembentukan karakter,   ada tiga hal yang berlangsung secara terintegrasi. Pertama, anak mengerti baik dan buruk, mengerti tindakan apa yang harus diambil, mampu memberikan prioritas hal-hal yang baik. Kemudian, mempunyai kecintaan terhadap kebajikan, dan membenci perbuatan buruk. Misalnya anak tidak mau berbohong karena berbohong itu hal yang buruk . Ketiga, anak mampu melakukan kebajikan, dan terbiasa melakukannya.
Oleh karena itu, pembangunan karakter tidak dapat terlepas dari keluarga, sekolah dan lingkungan sekitar individu tersebut. Keluarga merupakan hal yang terpenting, karena keluarga ibarat akar yang menentukan akan menjadi apa dan bagaimana seorang individu tersebut.  Bila keluarga menjalankan fungsinya dengan baik, maka individu-individu yang dilahirkan akan mempunyai moral dan karakter yang baik sehingga dapat membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Bukan tidak mungkin bila negara kita dapat terlepas dari berbagai masalah krisis moral  karena disusun oleh masyarakat yang mempunyai keluarga yang berfungsi dengan baik.

sumber : http://ceritaanni.wordpress.com/2011/10/08/peran-fungsi-keluarga-dalam-membangun-moral-bangsa/